Keindahan Diatas Awan Puncak Andalas
Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera
Berdiri diantara gumpalan–gumpalan awan putih, merasakan hembusan angin, mencium aroma belerang dan memandang hamparan keindahan dibawah sana hanya dapat anda temui jika melakukan aktifitas pendakian kesebuah gunung. Memang sebagian orang mendaki gunung adalah sebuah aktifitas olahraga beresiko tinggi dan terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga. Tapi tidaklah demikian bagi seorang pendaki gunung. Apa yang diidamkan dan dicari dapat ditemui hanya saat dia berada diatas sana. Dia akan sangat merasakan betapa besar kesempatan, anugrah dan karunia yang telah diberikan oleh–Nya.
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan berbagai macam obyek wisata alamnya patutlah anda kunjungi. Taman nasional yang terletak di empat wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi taman nasional ini terletak pada 100°31`18"–102°44` LT dan 17`13"–326`14" LS.
Taman nasional ini ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dengan SK. N0.192/Kpts–II/1996 dan luas 1.386.000 ha. Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan–kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan–Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro–orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Menuju Kesana
Puncak tertinggi dikawasan TNKS ini adalah Gunung Kerinci yang berdiri dengan megah diatas ketinggian 3.805 mdpl. Gunung yang merupakan puncak tertinggi kedua di Indonesia dan merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia ini selalu menjadi incaran pendaki dalam dan luar negeri. Untuk menuju lokasi ini anda dapat melalui jalur dari propinsi Sumatera Barat dari kota Padang atau dari pripinsi Jambi. Sewaktu penulis berkunjung kesini adalah melalui jalur dari kota Padang, dari kota Padang perjalanan menuju Kerinci yang merupakan sebuah kabupaten di propinsi Jambi memerlukan waktu 6 jam berkendara.
Desa Kersik Tuo merupakan pintu masuk menuju kawasan Gunung Kerinci. Desa yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Jawa ini telah lama menetap dikawasan ini sejak jaman kolonial dahulu. Pertanian kebun teh merupakan mata pencaharian penduduk sekitar. Lokasi perkebunan teh ini tepat dibawah lereng kaki Gunung Kerinci.
Desa yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara ini yang mempunyai tujuan utama mendaki Gunung Kerinci ataupun mengunjungi obyek wisata lain seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Air Terjun Telun Berasap dan lainnya pada musim liburan selalu berbenah diri. Terlihat banyak adanya homestay–homestay yang dikelola oleh penduduk sekitar sebagai tempat bermalam. Homestay Subandi (Phone : 62–748–357009) dan Homestay Ibu Paiman (Phone : 62–748–357030) paling banyak dijadikan lokasi bermalam para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan pendakian Gunung Kerinci. Jasa porter, pemandu jalan dapat anda temui disini.
Jalur Pendakian
Hanya ada satu jalur pendakian menuju Puncak Gunung Kerinci namun ada tiga pilihan cara pendakian yang dapat anda lakukan. Pilihan pertama adalah mendaki pada pagi hari dan bermalam dilokasi Shelter pada ketinggian 2.500–3.000 mdpl untuk esok paginya dilanjutkan menuju puncak. Pilihan kedua adalah mendaki pada pagi hari jam 05.00 sampai puncak dan kembali tiba dibawah pada sore hari atau dapat menggunakan pilihan ketiga yaitu mendaki pada malam hari pukul 22.00 dan terus menuju puncak, tiba saat matahari terbit dan turun lagi pada pagi harinya.
Sebelum melakukan pendakian anda harus melapor diri di pos penjagaan yang biasa disebut R10 yang merupakan pos balai TNKS tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat sebuah patung macan "Harimau Sumatera" yang menjadi landmark Desa Kersik Tuo. Disana anda akan mendapatkan informasi rute pendakian dan informasi seputar TNKS. Ada banyak titik persinggahan selama pendakian gunung ini. Lokasi R10 dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dari lokasi homestay. Setelah melewati hamparan kebun teh sampailah anda dilokasi batas ladang penduduk dengan kawasan TNKS. Disini terdapat sebuah plang besar "Selamat Datang di Kawasan TNKS". Disinilah akhir perjalanan berkendara untuk kemudian berjalan kaki menuju puncak.
Tiba di Pintu Rimba yang merupakan batas vegetasi antara ladang penduduk dan kawasan TNKS. Selepas itu maka pendaki akan melewati lintasan jalan setapak, landai dan dikelilingi oleh hutan yang lebat dengan pohon–pohon berukuran besar. Tidak jauh dari Pintu Rimba tersebut terdapat Pos Pesanggrahan 1. Perjalanan dari Pos Pesanggrahan 1 ke Pos Pesanggrahan 2 memerlukan waktu sekitar 15 menit dan akan melewati yang relatif landai. Kawasan hutan disini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub–alpin serta beberapa ekosistem yang khas antara lain rawa gambut, rawa air tawar dan danau.
Perjalanan Pos Pesanggrahan 2 ke Pos Pesanggrahan 3 masih tetap melewati jalur lintasan yang landai selama 30 menit. Ditengah lintasan, pendaki akan menemui lokasi yang biasa disebut dengan nama Batu Lumut. Dilokasi ini terdapat papan pengumuman tentang pendakian yang dikeluarkan oleh balai TNKS. Tidak jauh dari lokasi ini juga terdapat sumber air yang berasal dari air endapan saat musim hujan.
Lintasan pendakian akan semakin berat setelah melewati Pos Pesanggrahan 3 menuju Shelter 1 diketinggian 2.515 mdpl, disini lintasan akan berupa jalur menanjak dan terjal. Pohon–pohon besar masih mendominasi sepanjang jalur lintasan. Banyak juga pohon–pohon tua besar yang tumbang dibeberapa ruas lintasan sehingga memaksa para pendaki untuk sesekali melompatinya. Waktu yang ditempuh menuju Shelter 1 dari Pos Pesanggrahan 3 ini adalah 2 jam. Dilokasi ini ditandai dengan sebuah plang bertuliskan Shelter 1 yang sudah agak buram dan sebuah bangunan pondok yang sudah rubuh. Pohon besar didekat lokasi ini sering dijadikan area berteduh dan beristirahat sambil memandangi hamparan pedesaan dan kebun teh dibawahnya.
Selepas Shelter 1 menuju Shelter 2, perjalanan masih akan semakin berat. Jalur lintasan yang semakin terjal dan tanjakan tiada henti akan menyapa para pendaki dengan sesekali diselingi oleh hamparan jurang yang menganga pada sisi–sisi lintasan. Beratnya jalur pendakian memaksa pendaki kerap menggunakan akar–akar dan batang–batang pohon sebagai pegangan saat melangkah naik. Pada lintasan ini merupakan batas vegetasi hutan hujan tropis dengan daerah tundra yang ditumbuhi oleh tanaman khas sub–alpin yang mempunyai ketinggian tidak lebih dari 2 meter.
Lokasi Shelter 2 berada pada ketinggian 3.057 mdpl dan ditempuh dalam waktu 2 jam dari Shelter 1. Dilokasi ini ditandai dengan plang bertuliskan Shelter 2 dan tidak jauh dari plang tersebut terdapat bangunan tiang besi yang tidak beratap dan merupakan area terbuka. Hembusan angin dilokasi ini cukup kencang. Disini juga merupakan area camping ground (lokasi bermalam) terbaik karena lokasinya masih ditutupi oleh pepohonan gunung dan cukup terlindung dari hembusan angin kencang. Biasanya para pendaki bermalam dilokasi ini untuk kemudian pada pagi dini hari melanjutkan pendakian menuju puncak. Terdapat sumber air disini namun untuk mencapainya harus menuruni jalur
lintasan yang sempit dan curam sejauh 20 meter yang berada dibawah lokasi camping ground.
Menggapai Puncak Andalas
Pendakian menuju puncak yang biasa disebut "Summit Attack" dimulai pada pukul 03.00 agar tiba di puncak saat matahari terbit. Perjalanan pada dinihari tersebut harus dibekali dengan peralatan penerangan yang memadai dan mengenakan pelindung tubuh berupa jaket yang tebal. Suhu udara pada dinihari tersebut sangat dingin. Tidak perlu membawa semua perlengkapan dan perbekalan selama melakukan pendakian summit attack, cukup membawa sebuah daypack (tas ransel kecil) yang diisi dengan kebutuhan penting selama pendakian agar meringankan beban bawaan.
Jalur lintasan semakin sempit karena berupa saluran air hujan yang berasal dari atas gunung. Sesekali lutut pendaki akan bertemu dengan kening atau kepala saat melangkah naik ataupun berjalan merangkak. Hembusan angin semakin kencang diarea ini karena area sudah benar–benar terbuka sampai akhirnya tiba di Shelter 3 pada ketinggian 3.318 mdpl yang ditandai dengan plang besi bertuliskan Shelter 3 yang sudah buram dan karat. Memerlukan 1 jam perjalanan dari Shelter 2 menuju Shelter 3. Dilokasi ini juga bisa dijadikan area camping ground asalkan equipment `tenda` yang digunakan tahan terhadap hembusan angin kencang. Sudah tidak ada sumber air di Shelter ini. Dilokasi ini anda sudah dapat melihat hamparan pedesaan dikaki gunung, hamparan kebun teh, Danau Gunung Tujuh dan Danau Belibis. Semuanya terlihat dibawah gumpalan awan putih.
Batas vegetasi tumbuhan dan batuan cadas sudah mulai dilihat selepas Shelter 3. Perjalanan dengan lintasan berupa hamparan batuan cadas yang mudah longsor menjadikan kewaspadaan pendaki harus semakin ditingkatkan. Jika lengah akan berakibat fatal. Puncak sudah jelas terlihat begitu mulai menapaki batuan cadas tersebut. Sekitar 100 meter menuju puncak terdapat sebuah tugu "in memoriam` dari salah satu pendaki yang gugur saat melakukan pendakian.
Sampai akhirnya tiba di Puncak Andalas yang berbentuk Triangulasi pada ketinggian 3.805 mdpl dengan sebuah kawah berukuran sekitar 600 x 1.000 meter persegi yang mengeluarkan kepulan asap belerang dan hembusan angin kencang. Puncak ini merupakan puncak tertinggi ke dua di Indonesia setelah Puncak Cartenz Pyramid di Papua dan merupakan puncak gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia. Dari puncak inilah anda dapat merasakan kecilnya seorang manusia walaupun dia mempunyai kekuatan dan kekuasaan didunia. Dari puncak inilah anda dapat merasakan dan melihat keindahan di atas Puncak Andalas.
Ade Nurdin
Kompas.com
Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar