Kamis, 05 Maret 2009

Gunung Di Sumatera Barat

1. Gunung Merapi
Gunung yang terletak di dekat kota PadangPanjang dan Bukittinggi sangat banyak di daki orang,dikarenakan letak nya yang sangat strategis.tempat memulai mendakinya ditepi jalan raya Padang Bukittinggi.Gunung Merapi selengkapnya lihat sini

2. Gunung Singgalang
Gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan kabupaten Tanah datar ini memang menjadi primadona pendakian gunung di sumatera barat,gunung yang memiliki sebuah telaga di puncaknya ini memiliki pemandangan yang indah dan mengagumkan.Mengenai gunung Singgalang Selengkapnya

3. Gunung Tandikek
Gunung yang letaknya bersebelahan dengan gunung singgalang ini memiliki keunikan tersendiri,walau tidak sepopuler gunung Merapi dan Singgalang di mata pendaki gunung namun Gunung tandikek ini menjadi ajang pendakian yang menarik bagi pencinta alam.
Mengenai Gunung Tandikek baca disini

4. Gunung Talamau
Gunung yang terletak di Kabupaten Pasaman barat ini memiliki keunikan yang tidak di miliki oleh gunung-gunung lainnya di indonesia.Gunung Talamau ini memiliki 13 buah telaga di puncaknya.konon menurut cerita setiap kali orang mendakinya selalu saja telaga itu berbeda-beda letaknya.
Tentang Gunung Talamau baca disini

5. Gunung Talang
Gunung berapi yang terletak kabupaten Solok ini memiliki pemandangan yang sangat indah dari Gunung ini kita dapat melihat danau diatas dan dibawah,danau Talang dan danau singkarak serta kebun teh PTP IX.
Tentang Gunung Talang baca disini

Gunung Agung

Mendaki Gunung Agung

Jun 17, 2008 Author: subzero | Filed under: Dokumentasi, Event, Potensi Alam & Wisata

“Ke Gunung Agung!” Seperti itu kiranya jawabanku ketika seseorang menanyakan agenda BOC kali ini. Memang kru sudah lama merencanakannya dan Sabtu lalu kita menuntaskan pendakian gunung berketinggian 3,142 meter itu dengan selamat, puji syukur Tuhan. Berikut cerita perjalanannya;

Jalur Selat atau pura Pasar Agung yang kita tempuh sebenarnya telah melalui sedikit perdebatan antar kru yang sementara berniat mengambil jalur pura Besakih. Dengan berbagai pertimbangan diputuskan untuk mengambil jalur Selat yang relatif singkat.

Gunung Agung adalah gunung dengan puncak tertinggi di pulau Bali yang disakralkan oleh masyarakat setempat dan mempunyai nilai transcendental dengan keberadaannya sebagai tempat persembahan. Terdapat beberapa hal yang diyakini oleh masyarakat setempat untuk tidak melakukan sesuatu dalam mendaki gunung ini. Perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan mendaki gunung ini, hal ini membuat Wati salah seorang anggota BOC kecewa karena tidak bisa ikut serta. Termasuk juga perbekalan makanan yang terbuat atau mengandung daging sapi tidak diperkenankan untuk dibawa dan satu lagi yang mungkin sedikit aneh terdengar adalah sangat dianjurkan untuk mendaki dalam jumlah anggota yang genap (tanpa alasan yang jelas). Pantangan-pantangan tersebut tercatat di urutan pertama check list persiapan standar kami.

Sabtu pukul 3.54 siang 23 orang sudah melingkar di pelataran basecamp Baliorange, Narakesuma 11 untuk briefing singkat beberapa menit yang kemudian langsung tancap gas ke Karangasem. Praktis 3 jam berkendara mengantar rombongan ke jam 7 malam sesampainya di pelataran parkir pasar Agung. Ratusan anak tangga menuju wantilan cukup untuk dijadikan pemanasan sebelum mulai ke medan sebenarnya diatas sana. Cukup lama rombongan berkumpul di wantilan tepat dimuka pura pasar Agung dan sengaja untuk menunggu waktu yang tepat memulai perjalanan mengingat juga 3 orang lagi anggota BOC masih di perjalanan dari Denpasar. Pas sekali rasanya dengan berkumpul di wantilan kru BOC bisa menyambut undangan yang beberapa adalah merupakan teman lama. Kemudian, sesuatu yang menggemparkan tiba-tiba terjadi…yaitu ‘Kakak Hendra’ mendadak harus pulang balik ke Tanjung Bungkak karena lupa ngasih makan ayam…kekeke. (Hendra terpaksa membatalkan perjalanan ini karena urusan keluarga yang penting, I hope everything is just fine, dude…) Mendekati pukul 11 malam setelah beberapa menit Komandan Sidhar, Aim dan Adip menyusul perjalananpun dimulai.

Total rombongan menjadi 25 orang. Memimpin perjalanan didepan adalah Bambang (baca=bembeng). Bapake Angga yang juga lulusan Gunung Merapi dan merupakan salah satu korban kutukan Mak Lampir ditunjuk dan dipercaya untuk menyisir jalur hutan yang rimbun dan gelap sepanjang malam. Seperti rangkaian kunang-kunang kita berjalan berurutan menggandeng lampu senter masing-masing. Beberapa jam perjalanan mengantar rombongan ke peristirahatan, Telaga Mas. Tempat seluas +/- 7 meter persegi (tak beraturan) dimana terdapat kubangan air di salah satu sisinya dan batu alam yang tertata alami cocok untuk meluruskan persendian kaki dan membuat api unggun. Rombongan bisa menikmati kopi panas dan perbekalan.

Ada sedikit kisah disini…pada saat semua berkumpul melingkar di perapian dengan tenangnya ‘Komandan’ Sidhar mengguyur Bambang dengan sebotol air mineral (bukan arak) sembari teriak “Hepi bertdei….” kontan yang lain pada ikutan histeris layaknya fans Peterpan cuman ga sampe semaput. 30 menit memasuki tanggal 15 Juni itu memang tepat hari jadinya Bambang beberapa puluh tahun lalu di salah satu rumah sakit korban lelaki di Kudus.

Yang gak kalah hebohnya adalah Arip Yulianto salah seorang anggota BOC. Di setiap pemberhentian karena kakinya yang kram ataupun tempurung lututnya yang mau lepas, pemuda taat beribadah sekaligus pengagum Maria Ozawa ini tak pernah lupa memintaku untuk moto kertas A4 bertuliskan ‘Hadi’ yang selalu dikantonginya. Psikopat? Mungkin, tapi kertas dengan tulisan tangan yang jelek itu adalah titipan dari seorang teman yang semula berencana ikut serta mendaki Agung akan tetapi plat metal yang terpasang di kaki kanannya semenjak insiden tabrak kabur yang dialaminya beberapa waktu lalu memaksanya ‘ngendon’ dirumah setiap hari nonton sinetron dan infotainment, sesekali muter Soulfly hanya untuk mengusir rasa sakitnya. Itulah makna pada selembar kertas yang dibawa Arip itu.

Puncak Agung masih terhitung 2/3 lagi dari total perjalanan. Semangat masih menyala-nyala apalagi sudah ngopi dan berhangat ria di Telaga Mas perjalananpun dilanjutkan. Jalan setapak yang tadinya jalan tanah kini semakin merapat ke puncak berubah dengan jalan berbatu padat dengan kemiringan yang lebih curam. Dalam perjalanan yang semakin berat ini rombongan terlihat ‘makin kompak’ sampai-sampai kami terpecah menjadi tiga kelompok yaitu kelompok depan, tengah dan belakang dengan jarak yang tidak jauh hanya beberapa jam. Biarpun begitu kelompok paling belakang tetap bersemangat meskipun beberapa wisatawan berusia renta kerap mendahului mereka. Kelompok pertama yang terdiri dari 4 perempuan cantik dan 4 laki-laki ganteng ini sangat memberi ’semangat’ ke kelompok lain yang tertinggal dengan melangkah lebih cepat dan meninggalkan mereka lebih jauh di bawah sono. Kemudian, kami temukan seseorang tergeletak santai di sela bongkah batu raksasa beberapa menit menuju puncak yang tak lain adalah Komandan Sidhar. Dengan sangat setia dan saktinya dia ternyata telah kabur duluan ke puncak naik ayam. Termihik-mihik kami melihatnya namun mengingat sunrise (ga mengingat kelompok lain) hanya beberapa menit lagi semua sisa tenaga kami kerahkan dan kami tinggalkan Komandan Setia eh Sidhar di peraduannya.

Memang seperti banyak dikatakan para ahli ekonomi bahwa puncak gunung Agung di jalur Selat mempunyai beberapa sudut puncak dengan karateristik dan view yang berbeda. Jika capek tapi pengen di bilang udah nyampek puncak, ada puncak yang sebenarnya hanya gundukan batu agak raksasa dimana anda para pendaki palsu bisa berpose meyakinkan diatas batu tersebut dan dengan teknik pengambilan foto/angle yang tepat mampu mengelabuhi orang goblok disekitar anda. Namanya ‘puncak diskon’ terletak 30 menit sebelum puncak asli. Hanya saja di puncak diskon tidak terlihat sunrise ataupun Gunung Rinjani. Bukan apa-apa, karena berat menenteng SLR plus battery grip dan dua lensa rasanya sayang kalau tidak mengabadikan momen matahari terbit di atas Gunung Agung waktu itu.

Tepat beberapa menit sebelum matahari muncul kami kelompok pertama berhasil menaiki gundukan batu yang tak lain adalah gundukan terakhir di puncak itu. Horeeee…kami spontan berpelukan (yes! bisa meluk dia hihihi…). Menyusul kemudian kelompok kedua dan ketiga tapi sayang karena sempitnya puncak membuat kelompok BOC ketiga tetap tinggal di puncak diskon :P Detik-detik sunrise berhasil diabadikan dengan sekedarnya begitu juga si dia :D…(somehow, I just lost ur number).

Matahari mulai tinggi dan karena takut hitam kita segera turun…gila! turun gak kalah capeknya euy… Aduh lututku. Kemudian seiring bias mentari menyinari perjalanan kami turun, kami temukan masterpiece yang sangat bernilai tertoreh indah di bebatuan. Dalam hati aku bertanya siapakah maestro-nya ya? Ingin sekali kuajak mendaki bareng sambil bawa kain pel atau sekaleng thinner.
(*lapuran buat hendru)


Credits:
Arie, Aim, Adip, Andri, Anis, Amik, Arip Yulianto, Bambang bapake Angga, Baskoro, Cobain, Cerka, Didi Purwadi, Ester, Giri Prastowo, Heru, Ivant, Komang, Noviar M Sugandha, Pondal I Kadek, Ratna, Sabina, Sidharta I Ketut, Taufik, Tereska, Yanuar.

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Gunung Sibayak



GUNUNG SIBAYAK (2.094 m)Nov 10, '05 2:27 AM
for everyone
Category: Other

Description:
Bagi para pendaki gunung di Sumatera utara (Sumut), mendaki gunung Sibayak merupakan salah satu pilihan yang menyenangkan. Rupanya, selain namanya cukup terkenal di Sumut, Sibayak juga menjadi "gunung incaran" para pendaki. Bak seorang Bidadari, nama Sibayak harum bagaikan bunga. Selain nama yang disandang Sibayak cukup terkenal, gunung yang dimilikinya-pun tidak kalah megah dari pengunungan api lainya. Panorama yang tersebar tiada henti disepanjang pendakian menuju puncak turut mengingatkan kita akan kebesaran sang pencipta. Setiap kali orang mendengar nama Sibayak pasti yang terpikir dalam benak mereka adalah kemegahan dan ketersohoran nama gunungnya sampai ke penjuru bumi. Bahkan nama dari salah satu "Hotel berbintang empat" di kota Berastagi, bernama 'Hotel Sibayak.' Sepertinya nama Sibayak mempunyai kebanggaan dan keindahan tersendiri bagi yang menyandangnya.
Puncak Sibayak

Siapapun akan mengakui keindahan puncak sibayak, bila berada di puncaknya yang berketinggian 2.094 Meter.dpl sambil menyaksikan Sunrise (Matahari terbit) dari sana. Bagi yang ingin menyaksikan sunrise, diupayakan agar beranjak dari kaki gunung sekitar pukul 02.00 dini. Hampir mencapai puncak, ditemui aliran air dingin nan jernih. Airnya yang jernih mengalir disela-sela bebatuan yang ditumbuhi lumut yang mengalir dari puncak Sibayak. Berada dipuncak, suasana alam begitu memukau, apalagi terpancar keindahan kerlap-kerlip lampu-lampu desa di sekitar kaki gunung, bila malam cerah. Ditambah lagi jejeran pengunungan Bukit barisan yang pesonanya begitu melengkapi kesempurnaan alam. Pesona alam ini tidak mengaburkan kondisi puncak sibayak yang sudah porak-poranda karena letusan beberapa waktu silam. Dinginnya udara pegunungan dan gelapnya langit bertaburkan ribuan bintang di puncak malah menciptakan suasana alam yang berbeda, seakan membawa kita berhayal tentang permukaan di bulan, karena yang ditemui disana hanyalah pasir, batu-batuan dan kerikil. Berada di puncak, biasanya pendaki berupaya mencapai salah satu puncak tertinggi Sibayak yang bernama "Takal kuda," diambil dalam bahasa karo yang artinya "Kepala kuda." Puncak Sibayak berada di titik koordinat 97°30'BT dan 4°15'LS. Gunung yang masuk dalam tipe gunung berapi yang masih aktif dengan stato (berlapis) mempunyai uap panas, dari kondisi ini masyarakat menganggap puncak dan kawah gunung tersebut menyimpan sejuta misteri.

Kawah Unik

Selain puncak, daerah kawah tidak kalah uniknya. Selain disekitar kawah ditemukan batu cadas, kawah belerang yang luasnya 200 x 200 meter memiliki solfatara yang senantiasa menyemburkan uap panas. Untuk mengabadikan aktivitas kawah pendaki berlomba-lomba menuruni kawah. Dari kawah akan ditemukan sejumlah keunikan yang dimiliki oleh Sibayak yang amat jarang ditemukan di pegunungan lain. Biasanya kawasan landai di daerah pinggiran kawah dijadikan untuk mendirikan Bivak (Tenda) untuk beristirahat melepaskan lelah seusai mendaki. Biasanya, malam Minggu dan hari libur merupakan musim pendakian ke puncak, dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Gunung Raja

Untuk itu amatlah pantas apabila gunung Sibayak dijuluki sebagai "Gunung Raja" arti kata Sibayak ialah "Raja" Konon Tanah karo diperintah oleh 4 Raja (Sibayak). Keempat dari kerajaan itu ialah Sibayak lingga, Sarinembah, Suka, Barusjahe dan Kutabuluh.

Status Sibayak

Gunung Sibayak yang berketinggian 2.094 m.dpl secara administratif masuk dalam kabupaten Karo di Sumut. Hutan gunung ini masuk dalam hutan lindung berupa hutan alam pengunungan, yang tergabung dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan yang merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Hutan gunung yang masih alami tersebut tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) bagi masyarakat disekitar gunung dan hutan.

Route pendakian Sibayak

Untuk mencapai puncak gunung Sibayak, pendaki dapat memasuki tiga pintu rimba dengan menelusuri jalan setapak melalui hutan belantara tropis dan tebing curam, yang ditemui disepanjang kiri-kanan pendakian. Pintu rimba sibayak melalui, Desa Raja Berneh (Semangat Gunung), Jalur 54, Penatapan jagung rebus dan Jaranguda kira-kira 500 meter dari kota berastagi. Ketiga-jalur dapat dicapai dengan angkutan umum dari kota Medan. Jalur 54 atau sering disebut jalur "Aqua" lebih dikenal dengan medan yang cukup menantang. Kalau ingin tiga jam mencapai puncak melalui jalur desa Raja Berneh, yang berlokasi sekitar 7 km dari jalan raya Medan - Brastagi. Di desa Raja Berneh ditemukan pemandian air panas Lau Sidebuk-debuk atau Hot Spring. (Rahel )


--------------------------------------------------------------------------------

Beberapa Potensi Sibayak

Hot Spring

Lau debuk-debuk (Hot Spring), atau sering disebut pemandian air panas merupakan salah satu potensi wisata yang sangat menarik disekitar kaki gunung sibayak. Pemandian air panas merupakan hasil aktifitas alam gunung sibayak dimasa lampu. Mata airnya bersumber dari perut bumi mengandung unsur belerang, dan dapat mengobati penyakit gatal-gatal dan dapat dijadikan sebagai pengganti mandi sauna. Objek wisata ini terletak di desa Semangat gunung, Daulu, hanya beberapa meter dari jalan setapak menuju pintu rimba. Mata air panas muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah selatan lereng gunung api Sibayak. Mata air panas ini kemudian ditampung didalam kolam. Pemandian air panas ini dikelolah oleh Pemerintah kabupaten (Pemkab) Karo) dengan masyarakat setempat. Sebagian pendaki memanfaatkan kolam air panas ini untuk berendam membersihkan diri dan menyegarkan tubuh sekembali dari puncak. Jarak dari kota berastagi ke objek wisata kira-kira berjarak 10 km dapat ditempuh dengan bus umum atau pribadi.

Air Pengunungan AQUA

Potensi sumber air dingin didaerah gunung api dimanfaatkan untuk kebutuhan air untuk masyarakat setempat. Sumber air pengunungan yang dikenal dengan Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK) yang dikenal dengan "AQUA" merupakan air pengunungan yang sejuk dan segar, air pengunungan yang mengalir dengan sendirinya inilah digunakan sebagai bahan baku minuman mineral Aqua. Pabrik Aqua terletak di desa Daulu, hanya berjarak beberapa meter dari penatapan jagung rebus. Minuman air sumber pengunungan (Mountain spring water) lahir pada tanggal 23 Pebruari 1973. Nama AQUA diambil dari bahasa Yunani sante par AQUA, artinya kesehatan melalui terapi air. Air mineral selain berfungsi menjaga kelembapan dan kecantikan kulit juga teruji menyegarkan tubuh.

PLTP

Objek lokasi pemboran panas bumi terletak di desa Semangat gunung, dikaki gunung Sibayak. Panas bumi dikembangkan menjadi pembangkit tenaga listrik. Saat ini, penggunaan panas bumi meningkat secara besar - besaran, karena energi panas bumi dianggap bersih lingkungan. Listrik yang dihasilkan dari uap panas bumi memberikan energi yang bebas polusi pada atmosfir ataupun pada air, bahkan tidak mengandung radioaktif. Objek wisata Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) biasanya dikunjungi oleh mahasiswa-mahasiswa dan para ilmuwan dari dalam dan luar pulau Sumatera untuk meneliti. Sumber mata air panas yang mempunya temperatur lebih tinggi dari 300°F (150°C) digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Untuk sumurnya yang bertemperatur rendah digunakan untuk menghangatkan rumah, mengawetkan makanan, kayu, pengembangan benih ikan dan penyediaan air untuk masak untuk mandi.

Gunung Dempo yang Memagari Alam

Ditulis Oleh Chandra Tasti

Memandang, menyusuri, mendaki, dan meneliti pesona wisata Gunung Dempo.

Hamparan hijau kebun teh begitu segar. Tampak orang bercaping berbaris membawa keranjang dipundak, memetik pucuk daun teh. Hutan hijau pekat menjadi batas hijaunya teh dengan birunya gunung Dempo besama awan putih dipuncaknya.

Ditemani secangkir kawe (kopi) beraroma khas Pagar Alam, pemandangan alam nan asri saat pagi di serambi Penginapan Gunung Gare Pagar Alam ini, akan memikat siapa saja yang melihatnya.

Belumlah puas mata memandang. Kaki pun akan tergerak melangkah di sela perkebunan teh, mencari-cari benalu teh yang berkhasiat itu di sela batang teh, ditemani segarnya dingin pagi dan sinar mentari yang mulai menyapu punggung gunung.

Ditemani secangkir kawe (kopi) beraroma khas Pagar Alam, pemandangan alam nan asri saat pagi di serambi Penginapan Gunung Gare Pagar Alam ini, akan memikat siapa saja yang melihatnya.

Belumlah puas mata memandang. Kaki pun akan tergerak melangkah di sela perkebunan teh, mencari-cari benalu teh yang berkhasiat itu di sela batang teh, ditemani segarnya dingin pagi dan sinar mentari yang mulai menyapu punggung gunung.

Gunung Dempo yang memiliki ketinggian 3.159 meter dari permukaan laut ini, merupakan daerah tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan. Perjalanan selama kurang lebih 6 jam dari Palembang menuju Pagar Alam juga menjadi pengalaman menarik.

Memasuki daerah yang dipagari oleh alam pegunungan ini, jalan berkelok dengan lembah dan tebing di tepian jalan mengucapkan selamat datang memasuki Kota Pagar Alam.

Tidak hanya keindahan Gunung Dempo yang terkenal, jalur pendakian gunung ini juga menjadi buah bibir dikalangan pendaki gunung. “Tantangan yang bervariatif, dan bonus (jalur datar) nya sedikit,” komentar para pendaki gunung asal Jawa. Gemericik suara air dan bermacam suara hewan penghuni gunung akan menemani para pendaki.

Mendirikan kemah di hamparan puncak merapi, sebelum melihat kawah Dempo, juga menjadi daya tarik tersendiri. Menghangatkan badan meneguk kawe, di dekat api unggun, gemerlap lampu kota tampak dari ketinggian itu.

Apalagi disaat tahun baru tiba, hamparan ini akan dipenuhi para pendaki, baik yang berasal dari Pagar Alam, Palembang, bahkan dari luar Sumsel. Menyambut tahun baru di Puncak Merapi Dempo, seakan sudah menjadi tradisi.

Daerah Pegunungan yang menjadi lokasi dipertandingkannya cabang oleh raga Paralayang pada PON ke XVI lalu ini, menjadikan wisata sebagai salah satu andalan. Derasnya arus sungai di sela bebatuan juga menjadikan ini sangat potensial untuk menjadi tempat arum jeram.

Daerah yang berjarak 300 kilometer dari Palembang ini juga sarat dengan daya tarik sejarah purba. Batu-batu peninggalan purba yang diperkirakan berumur 2500 sampai 3000 tahun ini terdapat di beberapa desa di kaki Gunung Dempo. Bentuk batunya pun beragam, dari lesung, hewan, manusia, dan ada juga batu berbentuk rumah.

Megalit inilah yang membawa wisatawan mancanegara asal eropa kerap datang ke daerah pegunungan tertinggi di bukit barisan Sumatera ini.

Belum habis lah potensi wisata di Pagar Alam. Air terjun di pegunungan ini belum sepenuhnya dikembangkan, bahkan tidak menutup kemungkinan belum ditemukan. Seperti ditemukannya curub (air terjun) Pancur belakangan ini, sebuah keindahan baru yang terkuak.

Selepas memuaskan minat wisata di tengah pesona alam Gunung Dempo. Para wisatawan dapat mengunjungi pasar tradisional di pusat kota. Kudu, sebuah senjata khas masyarakat Pagar Alam menjadi buah tangan favorit, selain kopi, teh, benalu teh, dan alpukat.

Tekad Pagar Alam menjadikan kota wisata dan budaya ini semakin mantap dengan dicanangkannya Visit Musi 2008. Kota penghasil kopi dan teh semenjak jaman kolonial Belanda ini dikukuhkan sebagai kota Bunga. Halaman rumah, sekolah, dan taman kota dipenuhi bunga. Pameran bunga diadakan di alun-alun kota setiap tahunnya.

Balai Benih Jarai pun tidak hanya ditanami anggrek, pembudidayaan bunga krisan dilakukan disana. Pembudidayaan bunga potong ini merupakan bentuk dukungan Pemprov Sumsel terhadap upaya menjadikan Kota Pagaralam sebagai kota bunganya Bumi Sriwijaya.

Kekayaan potensi wisata ini disambut ramah warga setempat. Mereka siap menyapa wisatawan, penginapan memperbaiki pelayanan, jalan-jalan diperpanjang dan dihaluskan. Begitupun hutan, dengan penanaman pohon Bambang, dipertahankan kelestariannya. (wdg)

Keindahan Diatas Awan Puncak Andalas

gunung kerinci

Keindahan Diatas Awan Puncak Andalas
Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera

Berdiri diantara gumpalan–gumpalan awan putih, merasakan hembusan angin, mencium aroma belerang dan memandang hamparan keindahan dibawah sana hanya dapat anda temui jika melakukan aktifitas pendakian kesebuah gunung. Memang sebagian orang mendaki gunung adalah sebuah aktifitas olahraga beresiko tinggi dan terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga. Tapi tidaklah demikian bagi seorang pendaki gunung. Apa yang diidamkan dan dicari dapat ditemui hanya saat dia berada diatas sana. Dia akan sangat merasakan betapa besar kesempatan, anugrah dan karunia yang telah diberikan oleh–Nya.


Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan berbagai macam obyek wisata alamnya patutlah anda kunjungi. Taman nasional yang terletak di empat wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi taman nasional ini terletak pada 100°31`18"–102°44` LT dan 17`13"–326`14" LS.


Taman nasional ini ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dengan SK. N0.192/Kpts–II/1996 dan luas 1.386.000 ha. Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan–kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan–Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro–orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.



Menuju Kesana
Puncak tertinggi dikawasan TNKS ini adalah Gunung Kerinci yang berdiri dengan megah diatas ketinggian 3.805 mdpl. Gunung yang merupakan puncak tertinggi kedua di Indonesia dan merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia ini selalu menjadi incaran pendaki dalam dan luar negeri. Untuk menuju lokasi ini anda dapat melalui jalur dari propinsi Sumatera Barat dari kota Padang atau dari pripinsi Jambi. Sewaktu penulis berkunjung kesini adalah melalui jalur dari kota Padang, dari kota Padang perjalanan menuju Kerinci yang merupakan sebuah kabupaten di propinsi Jambi memerlukan waktu 6 jam berkendara.


Desa Kersik Tuo merupakan pintu masuk menuju kawasan Gunung Kerinci. Desa yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Jawa ini telah lama menetap dikawasan ini sejak jaman kolonial dahulu. Pertanian kebun teh merupakan mata pencaharian penduduk sekitar. Lokasi perkebunan teh ini tepat dibawah lereng kaki Gunung Kerinci.


Desa yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara ini yang mempunyai tujuan utama mendaki Gunung Kerinci ataupun mengunjungi obyek wisata lain seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Air Terjun Telun Berasap dan lainnya pada musim liburan selalu berbenah diri. Terlihat banyak adanya homestay–homestay yang dikelola oleh penduduk sekitar sebagai tempat bermalam. Homestay Subandi (Phone : 62–748–357009) dan Homestay Ibu Paiman (Phone : 62–748–357030) paling banyak dijadikan lokasi bermalam para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan pendakian Gunung Kerinci. Jasa porter, pemandu jalan dapat anda temui disini.



Jalur Pendakian
Hanya ada satu jalur pendakian menuju Puncak Gunung Kerinci namun ada tiga pilihan cara pendakian yang dapat anda lakukan. Pilihan pertama adalah mendaki pada pagi hari dan bermalam dilokasi Shelter pada ketinggian 2.500–3.000 mdpl untuk esok paginya dilanjutkan menuju puncak. Pilihan kedua adalah mendaki pada pagi hari jam 05.00 sampai puncak dan kembali tiba dibawah pada sore hari atau dapat menggunakan pilihan ketiga yaitu mendaki pada malam hari pukul 22.00 dan terus menuju puncak, tiba saat matahari terbit dan turun lagi pada pagi harinya.


Sebelum melakukan pendakian anda harus melapor diri di pos penjagaan yang biasa disebut R10 yang merupakan pos balai TNKS tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat sebuah patung macan "Harimau Sumatera" yang menjadi landmark Desa Kersik Tuo. Disana anda akan mendapatkan informasi rute pendakian dan informasi seputar TNKS. Ada banyak titik persinggahan selama pendakian gunung ini. Lokasi R10 dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dari lokasi homestay. Setelah melewati hamparan kebun teh sampailah anda dilokasi batas ladang penduduk dengan kawasan TNKS. Disini terdapat sebuah plang besar "Selamat Datang di Kawasan TNKS". Disinilah akhir perjalanan berkendara untuk kemudian berjalan kaki menuju puncak.


Tiba di Pintu Rimba yang merupakan batas vegetasi antara ladang penduduk dan kawasan TNKS. Selepas itu maka pendaki akan melewati lintasan jalan setapak, landai dan dikelilingi oleh hutan yang lebat dengan pohon–pohon berukuran besar. Tidak jauh dari Pintu Rimba tersebut terdapat Pos Pesanggrahan 1. Perjalanan dari Pos Pesanggrahan 1 ke Pos Pesanggrahan 2 memerlukan waktu sekitar 15 menit dan akan melewati yang relatif landai. Kawasan hutan disini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub–alpin serta beberapa ekosistem yang khas antara lain rawa gambut, rawa air tawar dan danau.


Perjalanan Pos Pesanggrahan 2 ke Pos Pesanggrahan 3 masih tetap melewati jalur lintasan yang landai selama 30 menit. Ditengah lintasan, pendaki akan menemui lokasi yang biasa disebut dengan nama Batu Lumut. Dilokasi ini terdapat papan pengumuman tentang pendakian yang dikeluarkan oleh balai TNKS. Tidak jauh dari lokasi ini juga terdapat sumber air yang berasal dari air endapan saat musim hujan.


Lintasan pendakian akan semakin berat setelah melewati Pos Pesanggrahan 3 menuju Shelter 1 diketinggian 2.515 mdpl, disini lintasan akan berupa jalur menanjak dan terjal. Pohon–pohon besar masih mendominasi sepanjang jalur lintasan. Banyak juga pohon–pohon tua besar yang tumbang dibeberapa ruas lintasan sehingga memaksa para pendaki untuk sesekali melompatinya. Waktu yang ditempuh menuju Shelter 1 dari Pos Pesanggrahan 3 ini adalah 2 jam. Dilokasi ini ditandai dengan sebuah plang bertuliskan Shelter 1 yang sudah agak buram dan sebuah bangunan pondok yang sudah rubuh. Pohon besar didekat lokasi ini sering dijadikan area berteduh dan beristirahat sambil memandangi hamparan pedesaan dan kebun teh dibawahnya.


Selepas Shelter 1 menuju Shelter 2, perjalanan masih akan semakin berat. Jalur lintasan yang semakin terjal dan tanjakan tiada henti akan menyapa para pendaki dengan sesekali diselingi oleh hamparan jurang yang menganga pada sisi–sisi lintasan. Beratnya jalur pendakian memaksa pendaki kerap menggunakan akar–akar dan batang–batang pohon sebagai pegangan saat melangkah naik. Pada lintasan ini merupakan batas vegetasi hutan hujan tropis dengan daerah tundra yang ditumbuhi oleh tanaman khas sub–alpin yang mempunyai ketinggian tidak lebih dari 2 meter.


Lokasi Shelter 2 berada pada ketinggian 3.057 mdpl dan ditempuh dalam waktu 2 jam dari Shelter 1. Dilokasi ini ditandai dengan plang bertuliskan Shelter 2 dan tidak jauh dari plang tersebut terdapat bangunan tiang besi yang tidak beratap dan merupakan area terbuka. Hembusan angin dilokasi ini cukup kencang. Disini juga merupakan area camping ground (lokasi bermalam) terbaik karena lokasinya masih ditutupi oleh pepohonan gunung dan cukup terlindung dari hembusan angin kencang. Biasanya para pendaki bermalam dilokasi ini untuk kemudian pada pagi dini hari melanjutkan pendakian menuju puncak. Terdapat sumber air disini namun untuk mencapainya harus menuruni jalur
lintasan yang sempit dan curam sejauh 20 meter yang berada dibawah lokasi camping ground.



Menggapai Puncak Andalas
Pendakian menuju puncak yang biasa disebut "Summit Attack" dimulai pada pukul 03.00 agar tiba di puncak saat matahari terbit. Perjalanan pada dinihari tersebut harus dibekali dengan peralatan penerangan yang memadai dan mengenakan pelindung tubuh berupa jaket yang tebal. Suhu udara pada dinihari tersebut sangat dingin. Tidak perlu membawa semua perlengkapan dan perbekalan selama melakukan pendakian summit attack, cukup membawa sebuah daypack (tas ransel kecil) yang diisi dengan kebutuhan penting selama pendakian agar meringankan beban bawaan.


Jalur lintasan semakin sempit karena berupa saluran air hujan yang berasal dari atas gunung. Sesekali lutut pendaki akan bertemu dengan kening atau kepala saat melangkah naik ataupun berjalan merangkak. Hembusan angin semakin kencang diarea ini karena area sudah benar–benar terbuka sampai akhirnya tiba di Shelter 3 pada ketinggian 3.318 mdpl yang ditandai dengan plang besi bertuliskan Shelter 3 yang sudah buram dan karat. Memerlukan 1 jam perjalanan dari Shelter 2 menuju Shelter 3. Dilokasi ini juga bisa dijadikan area camping ground asalkan equipment `tenda` yang digunakan tahan terhadap hembusan angin kencang. Sudah tidak ada sumber air di Shelter ini. Dilokasi ini anda sudah dapat melihat hamparan pedesaan dikaki gunung, hamparan kebun teh, Danau Gunung Tujuh dan Danau Belibis. Semuanya terlihat dibawah gumpalan awan putih.


Batas vegetasi tumbuhan dan batuan cadas sudah mulai dilihat selepas Shelter 3. Perjalanan dengan lintasan berupa hamparan batuan cadas yang mudah longsor menjadikan kewaspadaan pendaki harus semakin ditingkatkan. Jika lengah akan berakibat fatal. Puncak sudah jelas terlihat begitu mulai menapaki batuan cadas tersebut. Sekitar 100 meter menuju puncak terdapat sebuah tugu "in memoriam` dari salah satu pendaki yang gugur saat melakukan pendakian.


Sampai akhirnya tiba di Puncak Andalas yang berbentuk Triangulasi pada ketinggian 3.805 mdpl dengan sebuah kawah berukuran sekitar 600 x 1.000 meter persegi yang mengeluarkan kepulan asap belerang dan hembusan angin kencang. Puncak ini merupakan puncak tertinggi ke dua di Indonesia setelah Puncak Cartenz Pyramid di Papua dan merupakan puncak gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia. Dari puncak inilah anda dapat merasakan kecilnya seorang manusia walaupun dia mempunyai kekuatan dan kekuasaan didunia. Dari puncak inilah anda dapat merasakan dan melihat keindahan di atas Puncak Andalas.

Ade Nurdin

Kompas.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.


Gunung Talang


Lokasi Solok, Sumatera Barat
Kota terdekat {{{kota}}}
Negara Indonesia
Tipe stratovolcano
Letusan terakhir 2005
Ketinggian 2.597 m
Koordinat {{{koordinat}}}

Gunung Talang (nama lainnya Salasi atau Sulasi) terletak di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia; tepatnya di Nagari Batu Beras, 9 km dari Kota Kayu Aro Kabupaten Solok, sekitar 40 km sebelah timur Padang. Gunung bertipe strato vulkanis dengan ketinggian 2.597 m ini merupakan salah satu dari enam gunung api aktif di Sumatra Barat.

Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di kaki gunung itu, yakni Kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa, atau sepertiga dari jumlah penduduk Kabupaten Solok.

Gunung Talang sudah pernah meletus empat kali, yakni tahun 1803, 1833, 1945, dan 1983.

Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000 penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

“MeNJeJaK LaNgKaH di TaNaH TeRTiNgGi RaNaH MiNaNg




Tak banyak yang menyangka kalau Gunung Talamau (2982 mdpl) di Propinsi Sumbar menyimpan segudang pesona yang sayang tuk di lewatkan. Bagi mereka yang gemar wisata petualangan; mendaki gunung, mencoba keeksotisan gunung ini pasti memberi kesan tersendiri. Kawasan hutan yang masih perawan ditingkahi kicauan burung berpadu indah dengan puluhan telaga yang terserak di kawasan puncak, membuat perjalanan panjang ini terasa tak sia-sia.

Saat tawaran menjajal keelokan gunung ini datang, rasa was was mucul dalam hati. Pasalnya, gunung tertinggi di Sumatera Barat ini terkenal angker dan tidak banyak orang yang pernah menggapai puncaknya. Apalagi, keberadaan harimau Campo, yang disebut-sebut menjadi penguasa tempat ini, konon kerap terlihat, saat pendaki tiba di puncak.

Gunung yang terletak di di Desa Pinagar Kabupaten Pasaman Barat ini, merupakan satu dari beberapa gunung yang mempunyai panorama alam menarik di daerah Minang Kabau. Dengan ketinggian 2982 mdpl menjadikannya sebagai laboratorium alam terlengkap sebagai kawasan hutan hujan tropis yang kaya dengan aneka sumberdaya alam.

Untuk mencapai gunung ini bisa dilakukan dari beberapa arah, baik dari arah Rau (baca: Perbatasan Sumut-Sumbar) maupun dari Padang-Sumbar. Kebanyakan para pendaki memulainya dari Terminal Bingkuang-Padang. Dengan menaiki bus jurusan Padang - Pasaman (seperti; PO. Mandala, PO Persada), kita bisa tiba di kaki gunung dengan merogoh kocek sebesar Rp. 11.000/ orang (baca; tahun 2000).

Berhubung pintu rimba (baca: jalan masuk) yang dikenal para pendaki hanya dari Desa Pinagar (320 mdpl). Kami pun memulainya dari tempat itu. Desa berpenduduk 300 kk tersebut berada di pinggir jalan berjarak ±179 km dari Padang. Selain dari sini, ternyata ada rute lain yang pantas dicoba, tepatnya dari Desa Durian Kandang Aia Maruek. Rutenya akan membawa kita menuju Gunung Pasaman terlebih dahulu, lalu turun menyadel ke Gunung Talamau. Sebagai informasi, Gunung Talamau terletak bersebelahan dengan Gunung Pasaman. Hanya saja, jalur ke Gunung Pasaman tak begitu jelas. Jika ingin kesana, dibutuhkan pemahaman navigasi darat yang memadai agar tidak tersesat.

Setibanya di Desa Pinagar, biasanya para pendaki akan ditawarin peta tematik sebagai penunjuk arah oleh penduduk. Walau kelihatannya aneh, -karena bukan peta topografi-, ternyata benda ini cukup membantu menggapai puncak, pasalnya tanda penunjuk arah mirip dengan kondisi sebenarnya.

Setelah semua dirasa beres, perjalanan segera dimulai. Inilah awal petualangan yang sesungguhnya. Dalam setiap pendakian, kondisi awal pasti menyiksa. Bagaimana tidak, rute yang lebar dan mulai menanjak, memaksa kami harus berjalan kaki selama 4 jam dengan beban ±25 kg. Membuat butir-butir keringat mengalir begitu cepat.

Tujuan berikutnya adalah Pondok Bang Danil. Danil adalah pendaki pertama yang berhasil menggapai puncak Talamau di tahun 1985. Berhubung dia penduduk lokal, pemerintah setempat mempercayakan pengelolaan kawasan ini kepadanya. Itu sebabnya, setiap pendaki harus mendaftar disini, jika ingin mencapai puncak.

Di pondok ini, kita harus membayar retribusi plus asuransi pendakian sebesar Rp. 5000/ orang (baca: bisa jadi sekarang terjadi perubahan), dan sebagai kenang-kenangan kita akan diberi cendramata oleh bang Danil.

Untuk mendaki gunung ini ternyata tak mudah, ada banyak syarat dan pantangan yang harus diperhatikan. Untuk syarat yang harus dipenuhi, antara lain; KTP/ SIM, surat ijin dari orang tua dan surat ijin dari organisasi, –jika dia punya organisasi pencinta alam–. Semua surat-surat tadi di perlihatkan saat mendaftar. Selain itu, perlengkapan dan logistik yang dibawa akan di data jumlahnya. Ini perlu, untuk mengetahui jumlah sampah yang akan dibawa turun. Di tempat ini, sama seperti Gunung Gede-Pangrango di Jawa Barat, setiap sampah wajib dibawa turun. Aturan tersebut perlu untuk menjaga gunung ini tetap lestari.

Sedangkan larangan yang berlaku di gunung ini cukup banyak, antara lain: tidak dibenarkan merusak flora dan fauna, tidak dibenarkan membawa alat-alat musik, tidak dibenarkan membawa sabun/bahan-bahan yang bisa mencemari sumber air, tidak dibenarkan membawa minuman keras, tidak diijinkan berpencar-pencar, tidak diijinkan pendaki putra dan putri tidur dalam satu tenda, tidak boleh berteriak-teriak/bernyanyi keras, tidak boleh menyalakan api di daerah yang rawan kebakaran, tidak boleh memasuki kawasan telaga seperti mandi, mencuci, kecuali mengambil air untuk minum dan memasak, dilarang keras melakukan tindakan vandalisme, dilarang keras membuang kotoran disembarang tempat. Setiap pendaki harus menghormati adat istiadat setempat. Pendaki harus mematuhi lama ijin pendakiannya serta melaporkan kejadian/ kerusakan lainnya pada petugas lapangan atau posko.

Sebuah Proses.

Di Indonesia, gunung-gunung terletak dalam satu rangkaian yang mengikuti garis lengkung dari Pulau We (Aceh) sampai ke Indonesia bagian timur. Gunung berapi ini tidak hanya menyebar di daratan, namun sampai ke dasar laut. Selanjutnya gunung-gunung tersebut tersebar di sepanjang nusantara.

Sebagai cikal bakalnya, semua bermula dari kerak bumi, yang di dalamnya terdapat sepuluh lempengan utama, yaitu: Lempeng Afrika, Lempeng Antartika, Lempeng Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Pasifik, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, lempeng India.


Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak. pergerakan antar lempeng-lempeng, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif dengan daya yang begitu besar, menyebabkan misalnya; gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi, seperti diungkapkan Bas Hansen dari University of New South Wales.
Proses ini secara perlahan mengeluarkan batuan yang telah lama terkubur dan memusnahkan yang lainnya selama berjuta-juta tahun

Ketika dua lempengan saling bertubrukan, salah satunya biasanya akan menerobos di bawah lempengan yang kedua. Lempengan kedua yang berada bagian atas terdorong ke atas sehingga membentuk punggung gunung. Pada saat bersamaan, lempengan yang berada di bawah terus menembus, menghujam ke bawah, dan membentuk perpanjangan yang jauh ke dalam bumi. Ini berarti gunung memiliki semacam akar berupa perpanjangan yang menancap dan menghujam ke dalam bumi. Bagian ini sama besarnya dengan punggung gunung yang tampak menjulang tinggi di atas permukaan bumi. Dengan kata lain, gunung tertancap dan mengakar kokoh pada bagian kerak bumi yang disebut mantle (jaket).

Dengan cara ini, gunung mencegah kerak bumi bergerak atau bergeser secara terus-menerus di atas lapisan magma atau di antara lapisan-lapisannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung sebagaimana paku atau pasak yang menancap dan mencengkeram lembaran-lembaran papan kayu dengan erat dan kokoh. Kerak bumi yang bersifat mudah bergerak ini diredam oleh gunung, sehingga mampu mencegah guncangan hingga batas tertentu

Dari sisi geologi, kawasan Gunung Talamau didominasi oleh pegunungan Bukit Barisan yang bersifat vulkan kuarter. Bahan-bahan vulkanik ini kaya dengan plagioklas dan umumnya bersifat masam (dasitikliparitik), sedangkan pada pantai barat terdapat formasi andesit tersier yang bersifat masam - sangat masam.

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Research Center for Geotechnology The Indonesian Institute of Sciences), pembentukan Gunung Talamau berasal dari berbagai jenis batuan, yaitu batuan vulkanik produk Galau Talamau, yang dari Major Elemen menunjukkan batuan beku di kawasan itu dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu basa (basalt), menengah (andesit), agak asam (dasit), dan granit (asam).

Rute Perjalanan

Bagi pendaki yang baru tiba di posko pemeriksaan (Posko Pondok Bukik Harimau Campo; red), di ketinggian 710 mdpl, istirahat sejenak terasa begitu berarti. Apalagi tidak jauh dari lokasi ini bisa ditemukan sebuah air terjun yang cukup besar bernama air terjun Puti Lenggo Geni dengan tinggi 109 m. Lumayan, bisa melepas lelah sambil menikmati deburan air terjun.

Berhubung hari mulai senja, perjalanan di hentikan sementara. Tim memutuskan menginap disana. Berkumpul sambil bersenda gurau, menenggak coklat susu sambil melingkari api unggun yang mulai menyala, membuat suasana begitu akrab.

Keesokan paginya, selepas sarapan dan berbenah, petualangan dilanjutkan kembali. Tujuan selanjutnya adalah Pondok Rindu Alam, terletak di ketinggian 1100 mdpl. Jalur pendakian yang mulai menyempit dengan sekerumunan pacat pun mulai menampakkan diri. Walau ukuran mahluk penghisap darah ini kecil, tetapi tetap saja merepotkan. Selain bentuk yang menjijikkan, jumlahnya yang banyak, membuat pendaki enggan berlama-lama.

Dalam waktu 3 jam perjalanan, pos tersebut berhasil dicapai. Dari pos yang tidak berbentuk pondok ini, kita dapat mendengar suara aneka jenis burung. Kicauannya yang bersahut-sahutan terdengar begitu indah. Dari pengamatan sekilas, terlihat beberapa jenis burung, seperti: rangkong (Buceros rhinoceros), sempidan sumatera (Lophura inornata), burung alap-alap (Black-thighed Falconet), ayam hutam merah (Red Junglefowl). Selain itu, di sebelah pondok kita dapat menemukan sungai kecil. Disinilah para pendaki mengisi kembali pundi-pundi airnya.

Saat istirahat dirasa cukup, perjalanan kembali di lanjutkan. Rute yang mulai menanjak dengan rapatnya polulasi tanaman hutan dari famili Dipterocarpaceae, seperti; tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans), markisa (Passiflora sp.), sirsak (Annonaceae), senggani (Melastoma sp.) membuat jalur mulai samar dan sering terputus putus. Untuk itu kewaspadaan diperlukan agar tidak tersesat. Tak terasa setelah 3 jam berjalan dengan tempo lambat, akhirnya kita tiba di Pos Bumi Sarasah (1860 mdpl). Pos ini dinamakan demikian, karena banyaknya serasah hutan berpadu dengan tanaman perdu.

Berhubung suasana mulai gelap, tim memutuskan untuk nge-camp di tempat ini. Selain jarak pandang yang mulai terbatas akibat turunnya hujan dan kabut tebal, kondisi badan pun sudah melemah. Istirahat menjadi pilihan yang logis. Apalagi, sumber air yang tak terlalu jauh dari pos, membuat perasaan begitu nyaman. Tak perlu takut kehabisan air.

Keesokan paginya, saat badan kembali bugar, perjalanan menuju puncak digelar kembali. Dengan semangat empat lima, tim memulai pendakian. Kalau kemarin, populasi tumbuhan hutan (baca: sangat rapat dan tinggi) begitu mendominasi, berbeda dengan kawasan ini. Disini tumbuhan hutan diwakili famili lauraceae dan podocarpaceae, yang tumbuh merana dan diselubungi lumut. Di ketinggian ini, kondisi yang benar-benar lembab membuat pakaian yang melekat langsung basah saat melaluinya.

Dalam kawasan yang plasmanuftahnya melimpah, keberadaan hewan penunggu kawasan ini, kerap terlihat saat pagi dan sore hari. Pasalnya, disaat-saat tersebut, mereka turun mencari minum di sumber air. Adapun binatang yang sering terlihat, antara lain: babi jenggot (Sus barbatus), musang leher kuning (Martes flavigula), owa (Hylobates muelleri), lutung dahi putih (Presbytis frontata), bajing tiga warna (Callosciurus prevostii), dan tupai gunung (Tupaia montana), beruang madu (Helarctos malayanus), musang belang (Hemigalus derbyanus), kucing batu ( Felis marmorata), rusa (Cervus unicolor) dan macan dahan (Neofelis nebulosa) yang sering disebut sebagai harimau Campo oleh masyarakat setempat.

Dengan perlahan, satu persatu anggota tim berhasil menapak di Pos Peninjauan, berjarak 2,5 jam perjalanan. Rute ke tempat ini lebih curam dibanding sebelumnya. Seringkali kita harus menggunakan tangan untuk membantu naik. Pasalnya, selain jalannya kecil, medan yang begitu licin, sering menyulitkan, jika tak hati-hati. Seperti sebelumnya, setiap pos punya pemaknaan tersendiri. Tempat ini bernama “peninjauan”, artinya kita bisa melepas pandang ke sekeliling. Dari sini, aroma puncak mulai kental terasa. Tumbuhan perdu dengan hawa dinginnya, membuat kami tak ingin berlama-lama.

Lepas dari istirahat tadi, perjalanan tahap akhir segera di mulai. Tujuan kali ini adalah Padang Siranjano (2880 mdpl), yang banyak kalangan menyebutnya “Basecamp Rajawali Putih”. Dengan berjalan kaki sekitar 75 menit, kita bisa sampai disana. Lokasinya sangat terbuka dengan luas ± 40 ha. Hanya decak takjub yang bisa kami ucapkan. Akhirnya, semua penat dan beban dilampiaskan dengan masak dan mendirikan tenda, tak jauh dari telaga yang memang banyak di kawasan ini. Dari sini juga puncak sejati Gunung Talamau tampak berdiri kokoh.

Berdasarkan informasi dari Bang Danil (baca: pengelola), kabarnya ada 13 telaga tersebar di tempat ini, yaitu: Talago Puti Sangka Bulan,Talago Tapian Sutan Bagindo, Talago Tapian Puti Mambang Surau, Talago Siuntuang Sudah, Talago Puti Bungsu, Talago Rajo Dewa, Talago Satwa Talago Lumuik, Talago Biru, Talago Mandeh Rubiah, Talago Imbang Langik, Talago Cindua Mato, dan Talago Buluah Parindu.

Berhubung masih siang, tim berencana menuju puncak hari itu juga. Diperkirakan jaraknya tak terlalu jauh. Benar saja, selepas makan siang, tim mulai menapak jalur yang sedikit berputar mengelilingi telaga menuju arah puncak. Tak banyak kendala yang timbul, sehubungan jalur yang cukup jelas. Hanya butuh waktu 1 jam, puncak tertinggi di Sumbar ini berhasi dicapai. Ternyata puncaknya terdiri dari batu-batuan yang dihiasi rerumputan. Sungguh, tak ada yang bisa menggantikan kebahagiaan kami saat itu. Kembali tak henti-hentinya, hanya ucapan syukur yang bisa kami panjatkan. Semua beban itu seakan sirna berganti haru yang meluap-luap.

Kabarnya, di puncak ini (baca: Tri Martha, 2982 mdpl) terdapat titik triangulasi (baca: titik ketinggian), yang seiring waktu patok beton tersebut hancur digerus jaman. Hanya sisa-sisanya yang bisa dinikmati. Jika diamati, ternyata kawasan ini memiliki 2 puncak lain dengan letaknya agak berjauhan, yaitu: Puncak Rajawali dan Puncak Puncak Rajo Dewa. Selain itu, telaga yang kabarnya ada 13, hanya beberapa yang bisa kita nikmati, itupun telah banyak yang tak berair lagi.

Saat sayup-sayup kulepas pandang agak keujung sana. Ternyata gunung-gunung yang letaknya jauh mulai terlihat, seperti; Gunung Talang, Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan gunung Tandikat, serta tak ketinggalan Gunung Pasaman (Puncak Rajo Imbang Langik) yang letaknya bersebelahan.

Ah.., puas rasanya bisa menjelajah ke tempat-tempat tinggi seperti ini. Selain bisa mengenal alam dan masyarakat, kita pun mampu menakar diri. Rasanya, benar yang diucapkan Soe Hok Gie, perihal kegilaannya mendaki gunung: “…hanya pemuda yang sehat jiwa dan raganya bisa menilai arti nasionalisme. Nasionalisme tidak timbul dari slogan-slogan dan hipokrisi. Nasionalisme timbul ketika kita dekat dengan alam dan masyarakatnya. Itulah sebabnya, mengapa kami mendaki gunung”

(catt: tulisan ini karya lawas yang terendap lama di blogger)

di ambil dari : http://www.jackagun.multiply.com/journal



Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Gunung Tandikek (Tandikat)

Gunung Tandikek
Thursday, 11 December 2008
Gunung Tandikek, merupakan gunung aktif yang cadasnya mirip Gunung Merapi, namun lebih sempit. Air dari gunung Tandikek, menuju ke bawah membentuk air terjun yang terkenal dengan nama aia mancua Lembah Anai di daerah Padang Panjang (Malibo Anai)

DATA UMUM GUNUNG Tandikek
• Tinggi : 2437 mdpl. • Letak : di Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Peta JANTOP TNI AD tahun 1982 helai peta 1224-II. • Karakteristik : gunung api aktif, ditutupi hutan hujan tropis, trek pendakian tidak begitu terjal. • Jalur Pendakian : - Ganting Titik start : desa Ganting (1225 mdpl), Kec. X Koto Kab. Tanah Datar. Lama pendakian normal 7 jam. Berjarak 73 Km dari Padang. - Singgalang - Tandikat Titik start : telaga Dewi gunung Singgalang Kec. IV Koto Kab. Tanah Datar. Lama pendakian normal 6 jam.
• Transportasi : - Ganting • MAPALA UNAND - Terminal Bingkuang Padang, Angkutan Kota Jurusan Pasar Raya – Air Pecah (@ Rp. 2.000,-). • Terminal Bingkuang – Lubuk Mata Kucing Padang Panjang, Bus Jurusan Padang -Bukittinggi (turun di terminal Padang Panjang) PO. ANS, NPM dan sebagainya (@ Rp. 8.000,-). • Terminal Lubuk Mata Kucing – desa Ganting, angkutan desa jurusan Terminal Padang Panjang - desa Ganting (@ Rp. 2.000.)


• Kondisi Medan : - Ganting • Ganting – Pintu Rimba: ladang tebu, tanjakan ringan, sumber air di sepanjang jalur (wt 1,5 jam). • Pintu rimba -Puncak: Tanjakan terjal, semak-semak, hutan sekunder - hutan primer, sumber air di sepanjang jalur, habitat pacet (wt 5,5 jam). - Singgalang - tandikat • Telaga Dewi G. Singgalang – Salo (2000 mdpl): hutan lumut, landai, telaga Kumbang (wt 4 jam). • Salo – puncak Tandikat: hutan primer, tanjakan terjal, sumber air (wt 2 jam). • Perizinan : Lapor di Pos polisi terdekat atau pada kepala desa terakhir. • Potensi : Kawah aktif, bunga Edelweis, Panorama gunung Merapi dan Singgalang.

dicopy dari parimbo.com
















Gunung Singgalang (2.877 mdpl)

Gunung Singgalang

Gambaran Umum
Gunung Singgalang terletak berdekatan dengan dua gunung lainnya, yaitu Gunung Tandikek pada bagian yang sama dan Gunung Merapi pada bagian yang lainnya. Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Gunung Singgalang adalah Telaga Dewi, yang berada pada ketinggian 2762 mdpl dengan luas sekitar 1 ha. Disamping air yang jernih, daerah disekitar telaga dapat dijadikan sebagai tempat menginap bagi para pendaki.
Untuk mencapai Koto Baru sebagai titik awal pendakian, dari Padang anda dapat menggunakan Bus jurusan Bukittinggi, yang bisa ditemukan di Terminal Regional Bingkuang, Aie Pacah, dengan ongkos Rp 8.000,- beberapa diantaranya ANS dan NPM dan dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.
Sedangkan bagi anda yang ingin naik dari rute Salimparik, anda harus turun di daerah Padang Lua (setelah Koto Baru kalau dari Padang).

Dari Koto Baru (sebagai titik awal pendakian) memakan waktu sekitar 2 jam berjalan kaki menuju Pesanggrahan (sekarang disamping Tower RCTI), yang juga merupakan tempat untuk melaporkan pendakian. Anda juga bisa menggunakan angkutan pedesaan (biasa disebut dengan Cigak Baruak) berupa Carry.

Untuk menuju ke Telaga Dewi atau ke puncak Gunung Singgalang (Pilar), tidak susah lagi untuk mencari pedoman perjalanan, dengan adanya tiang-tiang listrik yang terpasang sampai ke tower RCTI di Pilar. Bagi saya, tiang listrik tersebut merusak dan menghancurkan keindahan yang ada, dan juga membuat perjalanan menjadi amat membosankan, apabila ditambah dengan petunjuk-petunjuk "iseng" yang dipasang di tiang listrik tersebut. "50 tiang lagi, puncak!". "10 tiang lagi, puncak!". Gila! bukannya menikmati perjalanan dan keindahan yang sudah dirusak oleh tiang listrik, kita malah jadi sibuk menghitung-hitung tiang listrik yang kita lewati.

Bagi anda yang lebih menyukai rute perjalanan yang sunyi dan jarang dilewati oleh pendaki lainnya serta pemandangan yang masih alami, anda dapat menggunakan rute dari Salimparik, Sungai Tanang (saya sendiri mungkin lebih menyarankan anda untuk naik Gunung Singgalang dari rute ini, lebih nyaman dan lebih landai, walaupun memakan waktu yang lebih lama kalau dibandingkan dari Koto Baru).

Dari simpang Padang Luar (Pasar Padang Luar), anda dapat naik angkutan pedesaan menuju ke Dusun Salimparik dengan ongkos Rp 1.500,- dan turun di batas akhir jalan, dimana mobil akan berputar lagi ke bawah.

Kalau anda tidak ingin melakukan pendakian malam hari, sebaiknya pendakian dilakukan paling lambat pada jam 13.00, dimana dengan perjalanan santai memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke bivak I. Sebelum menuju ke bivak I (sekitar 15 m sebelum bivak I, kita akan memotong aliran sungai (pindah punggungan), yang merupakan sumber air pada saat kita menginap di area ini.

Apabila anda berniat naik pagi (sekitar jam 09.00), anda bisa mencapai bivak II (sekitar jam 16.00). Pada area ini, kalau anda mau, banyak tumbuhan hutan yang bisa makan, seperti pakis gajah, begonia, arbei, dan beberapa tumbuhan lainnya yang lainnya.

Dari bivak II, apabila berangkat sekitar jam 09.00, dengan jalan santai anda akan sampai di Cadas sekitar pukul 13.00. Untuk masuk ke daerah cadas, dari rute perjalanan sebelumnya anda akan bertemu simpang jalan (kedua jalan tersebut sama-sama mengarah ke Telaga Dewi, jadi anda bisa memilih rute yang anda suka). Untuk rute yang mengarah ke kanan, maka dalam jarak sekitar 10 m anda akan sampai di daerah cadas, dan 100 m dari sana kembali masuk hutan yang menuju ke daerah Telaga Dewi.

Sumber Air

Untuk rute dari Salimparik, sumber mata air yang dapat digunakan adalah anak-anak sungai yang walaupun dalam kondisi kemarau masih dialiri oleh air. Pada bivak I (tempat bermalam yang dapat digunakan di perjalanan), sumber air adalah aliran air pada lembah yang kita lintasi dalam perjalanan. Sedangkan pada bivak II, sumber airnya adalah aliran air yang sama pada bivak I, namun untuk mencapainya turun agak jauh ke bawah, sekitar 10 m ke arah kiri jalur.

di copy dari Maprok.org



l








Tantangan Baru Mendaki Merapi


Merapi






Danau Singkarak Dari Puncak Merapi

Sudah pernah naik Gunung? Kalau belum, jangan sampai lupa memasukkan Gunung Marapi sebagai salah satu target pendakian. Gunung yang memiliki ketinggian 2891 mdpl (meter diatas permukaan laut) ini selalu menjadi tujuan bagi pendaki yang berasal dari dalam maupun dari luar Sumatera Barat. Karenanya, Gunung ini jadi terkenal setelah Gunung Kerinci yang merupakan Gunung tertinggi di Pulau Sumatera.

Gunung Marapi menjadi target pendakian pendaki gunung Indonesia karena terletak berdampingan dengan Gunung Singgalang dan Tandikek serta merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia. Selain itu akses menuju kaki gunung tersebut mudah dicapai. Jika anda kebetulan berasal dari Bukittinggi atau sering melewati Kota Bukittinggi, tentu sudah tidak asing lagi dengan kemegahan Gunung ini. Titik start pendakian berada di jalan raya Padang Panjang - Bukittinggi tepatnya di Kotobaru. Dari Kota Padang, hanya memerlukan waktu 1,5 jam menuju Kotobaru dengan ongkos Rp 10.000,- selanjutnya berjalan menuju Pesanggerahan selama ±30 menit.
Pesanggerahan adalah suatu daerah datar (Camping Ground) yang merupakan Pintu Rimba sebelum mulai mendaki ke Puncak Gunung Marapi. Karena daerahnya yang datar dan lumayan luas tadi, banyak juga loh yang pergi camping cuma sampai ke Pesanggerahan ini. Terutama di hari-hari libur atau diakhir minggu (Jumat - Minggu). Sehingga suasana seperti pasar malam sudah tidak asing lagi ditemui di kawasan ini. Ditambah lagi dengan kehadiran penduduk sekitar kaki Gunung Marapi yang memanfaatkan keramaian tersebut untuk mencari rezeki dengan menjual berbagai macam makanan dan minuman bagi para pendaki.

Setelah Pesanggerahan, pendakian menuju Puncak Gunung Marapi baru dimulai dengan jalan setapak yang terus mendaki dan lumayan menguras tenaga. Waktu normal untuk mencapai puncak ialah 6 jam. Kalau anda takut tersesat, jangan khawatir, jalur Kotobaru ini sangat jelas, yang pasti kalau ada percabangan jalan, terus saja ke atas karena kalau ke bawah kemungkinan besar itu adalah jalan menuju sumber air atau lembah. Supaya lebih aman, sebaiknya ajak teman yang sudah pernah naik Gunung Marapi sehingga kemungkinan tersesat bisa semakin diperkecil.

Setelah perjalanan penuh tanjakan dan lumayan menguras tenaga tadi, kita akan memasuki kawasan Cadas Marapi. Yaitu kawasan bebatuan yang merupakan wilayah puncak gunung merapi. Disini vegetasinya sudah berubah, pohon-pohon besar yang berada dijalur sebelumnya, berganti dengan semak belukar dan beberapa tumbuhan khas puncak gunung. Tapi kalau anda ingin mencari edelweis, sangat disayangkan di sekitar jalur pendakian ini vegetasinya sudah sangat sedikit. Kalaupun ada itu cuma pohon-pohon tanpa bunga. Ini diakibatkan ulah tangan-tangan jahil yang merusak dan mengambil bunga-bunga edelweis dengan alasan untuk kenang-kenangan. Padahal, tentu akan lebih indah dipandang mata apabila bunga-bunga abadi tersebut tetap berada di tempatnya. Cukuplah dengan mengambil foto untuk dijadikan kenang-kenangan tanpa harus merusak. Setuju bro!

Letihnya badan karena mendaki beberapa jam tadi, akan segera terobati dengan keindahan alam yang dihadirkan Sang Pencipta di Puncak gunung ini. Kawasan luas dan datar seluas lapangan bola akan ditemui di dekat dua kawah Merapi. Jadi kalau anda mau main bola di atas gunung, disinilah tempatnya. Tapi yang harus diwaspadai apabila kawah tersebut menyemburkan asap belerang (batuk) sebaiknya jangan mendekat karena sangat beresiko keracunan apabila terhirup. Bila mau terus mendaki dan berjalan di tepi kawah, kita akan sampai di Puncak Merpati. Dari sini pemandangan sekitar kaki Marapi, Gunung Singgalang, Tandikek sampai Kota Bukittinggi akan terlihat jelas. Pokoknya indah dipandang deh…

Satu hal yang sangat disesalkan dari keadaan sekitar jalur Kotobaru ini adalah banyaknya sampah (bungkus mie, kaleng sarden, kotak rokok dan sebagainya) yang ditinggalkan para pendaki dan benar-benar merusak alam. Ini tentu dikarenakan kurangnya kesadaran dari masyarakat dan pendaki untuk ikut menjaga kelestarian alam dengan minimal, tidak membuang sampah sembarangan. Kalau ada sampah, ya dibawa turun dong, dibuang ke tempat yang seharusnya, bukan ditinggalkan di Gunung. Kesadaran ini harus kita tanamkan ke diri pribadi masing-masing agar kelestarian alam yang merupakan titipan anak cucu kita dapat terjaga.

Kacawali, Jalur Ekstrim untuk Petualangan.

Untuk anda yang merasa memiliki jiwa petualangan dan menginginkan tantangan lebih di Gunung Marapi, ada satu jalur alternatif yang benar-benar menantang dan masih terjaga keasriannya. Jalur ini menyuguhkan trek-trek ekstrim namun diimbangi panorama alam yang jauh lebih indah dan menarik.

Untuk menempuh jalur ini, dari Kota Padang kita bisa naik bis jurusan Padang - Payakumbuh dan turun di Simpang Candung. Selanjutnya dengan menggunakan angkutan desa selama ± 30 menit kita akan sampai di Desa Kacawali. Desa Kacawali yang terletak di sisi Utara Gunung ini merupakan titik start pendakian yang akan langsung membawa kita ke Puncak Triangulasi (tertinggi) gunung Marapi. Jalur yang dibuka oleh Anggota Muda MAPALA UNAND pada tahun 2003 ini memang belum terlalu dipublikasikan. Saat ini hanyalah kalangan pecinta alam yang ingin merasakan petualangan lebih saja yang memakai jalur ini. Bagi yang mau mencoba jalur ini, dapat memperoleh info jalur secara lengkap dan guide dengan menghubungi Kantor MAPALA UNAND di PKM Universitas Andalas Limau Manis Padang.

Waktu tempuh untuk mencapai Puncak Marapi juga lebih lama dibandingkan melewati jalur Kotobaru, mencapai 10 jam dengan perjalanan konstan dan tidak berhenti. Track pendakiannya pun lebih ekstrim dengan kemiringan mencapai 80 derajat menyebabkan tidak semua orang sanggup melewati jalur ini. Banyaknya pohon-pohon besar yang rebah di jalur dan jurang sedalam ±500 meter di sebelah kiri jalur menyebabkan adrenalin makin terpacu untuk mencapai puncak tertinggi Marapi ini.

Kelebihan dari jalur ini adalah keadaan alamnya yang benar-benar masih alami dan bebas dari sampah serta terdapatnya 3 buah air terjun di tengah-tengah jalur yang memiliki ketinggian ±300 meter. Jadi kita bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan air terjun di tengah-tengah perjalanan. Sumber air di jalur ini baru akan ditemui pada ketinggian 2000 mdpl, jadi untuk berjaga-jaga sebaiknya membawa persediaan air yang cukup banyak. Selain itu terdapat juga hewan-hewan liar khas pegunungan seperti Harimau, Babi Hutan, Rusa, Siamang dsb.

Selanjutnya pada saat mencapai puncak, keindahan alam yang disuguhkan Sang Pencipta semakin menakjubkan dan mempesona mata. Jauh lebih indah dan menarik bila dibandingkan dengan mendaki dari jalur Kotobaru yang memang sudah tidak terjaga lagi keasriannya.

Dari puncak tertinggi gunung Marapi ini (2891 Mdpl), pemandangan keseluruhan Puncak Merapi akan terlihat jelas. Kawah Marapi, Puncak Merpati, Telaga Dewa, Lembah Hantu, Gunung Singgalang dan Tandikek, bahkan Danau Singkarak akan telihat jelas dari sini. Vegetasi edelweis sang bunga abadi juga masih terjaga dan menghiasi sepanjang kawasan triangulasi dengan warna putihnya. Pokoknya benar-benar indah deh!

Untuk menambah tantangan, Kita bisa melanjutkan perjalanan menuju lapangan bola dari titik triangulasi ini. Jalurnya lebih ekstrim lagi, jalan setapak yang berada diantara lembah pada kiri dan kanan jalur membuat kita harus melangkah ekstra hati-hati atau bisa terperosok. Setelah ± 2 jam perjalanan, kita akan sampai di lapangan bola dan bisa memilih untuk turun dari jalur Kotobaru (jalur normal) atau dari jalur Simabur. Tentunya petulangan dan pengalaman yang didapatkan akan sangat mengesankan. Dalam satu kali pendakian Gunung Marapi, Kita bisa menempuh dua jalur yang berbeda sekaligus. Tertarik? Ayo coba dan rasakan adventurenya!.

Di copy dari Mapalaunand.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.